Apakah yang dimaksud “CROSSOVER” ?
Telinga manusia mampu mendengar frekuensi dalam rentangan 20Hz sampai dengan 20 kHz, namun pada kenyataanya tidak ada driver/speaker yang bisa menyalurkan dengan baik seluruh frekuensi suara dalam rentangan tersebut.
Ada
driver yang hanya bagus dalam mereproduksi suara mulai dari frekuensi 20Hz
sampai frekuensi sekitar 500Hz, driver ini disebut woofer, dalam sebuah speaker
woofer dapat diidentifikasi dengan ukurannya yang paling besar.
Ada
driver yang hanya bagus dalam mereproduksi suara mulai dari frekuensi 3kHz sampai
frekuensi 20kHz atau bahkan lebih, driver ini disebut tweeter, dalam sebuah
speaker, tweeter dapat diidentifikasi dengan ukurannya yang paling kecil. Ada
driver yang hanya bagus dalam mereproduksi suara mulai dari frekuensi sekitar
300Hz sampai frekuensi sekitar 3kHz, driver ini disebut midrage, dalam sebuah
speaker midrange dapat diidentifikasi dengan ukurannya yang relative sedang
dibandingkan dengan woofer dan tweeter.
Ada
driver yang hanya bagus dalam mereproduksi suara mulai dari frekuensi sekitar
20Hz sampai frekuensi sekitar 3kHz, driver ini disebut mid-bass, dalam sebuah
speaker midbass dapat diidentifikasi dengan ukurannya yang tidak sebesar woofer
namun lebih besar dibandingkan mid-range. Agar supaya sebuah system speaker
bisa menampilkan dengan utuh seluruh frekuensi mulai dari 20Hz sampai dengan
20kHz, maka driver driver tersebut Harus ditampilkan secara bersamaan dengan
berbagai kombinasi sesuai dengan karakter dan kebutuhan yang diinginkan. Dalam
aplikasinya semua driver dalam sebuah speaker tidak bisa langsung disambung
secara langsung dengan power amplifier, karena hal ini akan mengakibatkan
driver mereproduksi rentangan frekuensi yang bukan berada dalam rentangan
frekuensi dimana driver tersebut bisa bekerja dengan baik, selain juga akan ada
frekuensi yang direproduksi secara bersama sama oleh driver tersebut.
Agar
masing masing driver hanya mereproduksi frekuensi yang sesuai dengan
kemampuannya maka diperlukankan sebuah alat yang bisa mendistribusikan
frekuensi suara ke masing2 driver, dan alat inilah yang disebut “Crossover”.
Dalam
aplikasi audio ada dua jenis crossover yaitu crossover aktif dan pasif. Disebut
crossover pasif karena hanya tersusun atas komponen elektronika pasif yaitu
resistor, capacitor dan inductor, sebaliknya disebut crossover aktif, karena
menggunakan komponen elektronik aktif yaitu transistor atau tube sebagai
jantungnya selain juga dibantu oleh komponen pasif seperti resistor dan
capacitor.
Apakah fungsi “CROSSOVER” ?
Crossover adalah alat untuk membatasi
“frekwensi range” yang akan diterima oleh speaker. Bayangkan crossover
bertindak selaku polisi diperempatan jalan, yang mengatur arus ke tweeter, ke
midrange, midwoofer, dan bas ke subwoofer.
Keunggulan
“CROSSOVER”
Adapaun keunggulan dari crossover
ini adalah sebagai berikut;
- Mencegah timbulnya sinyal
komposit sehingga mengurangi resiko
terjadinya over drive
- Amplifier anda lebih lelusa
untuk digeber, guna untuk mendapakan watt yang lebih tinggi tanpa takut terjadi
cllping sinyal.
- Menghemat power amplifier
30-50% dari pada menggunakan xover pasif
- Dapat meningkatkan kebeningan
suara, sehingga cacat harmoniknya dapat diturunkan
- Meningkatkan transparansi
treble, mid, serta memperjelas pemisahan stereo pada power amplifier anda.
- Dapat meninggikan factor
damping amplifier sehingga nada bass terdengar lebih lincah dan bertenaga
- Dapat di sesuaiakan dengan
resonansi speaker, bukan mengacu pada impedansi speaker.
- Operasionalnya juga tidak
tergantung pada rating daya speaker
- Dapat menata frekwensi lebih
lelusa, akurat.
Ada 4 hal yang menyebabkan
crossover pasif menampilkan kelemahan.
1.Arus balik dari woofer
Ketika
arus listrik yang mewakili sinyal masuk ke dalam coil dari woofer, maka
kemudian akan terjadi interaksi antara arus listrik tersebut dengan magnet yang
kemudianberakibat bergeraknya membran speaker. Gerakan membrane speaker ini
kemudian akan mengakibatkan coil pada speaker berinteraksi dengan magnet
speaker yang mengakibatkan mengalirnya arus balik dari dari coil speaker menuju
midrange, tweeter dan amplifier dan arus balik ini mengganggu kerja midrange,
tweeter, maupun amplifier.
2. Rugi rugi komponen pasif L, C dan R pada
Crossover
Komponen
pasif yang terdiri inductor, kapasitor dan resistor adalah komponen dasar yang
membangun sebuah crossover pasif, di dunia ini tidak ada komponen yang
spesifikasinya sempurna dan tidak memiliki rugi rugi, sehingga dimanapun
komponen seperti R L C ada di rangkaian audio, pasti akan menimbulkan rugi
rugi, akan tetapi pada crossover pasif rugi yang ditimbulkan oleh komponen
pasif R L C adalah yang paling besar dibandingkan dengan kerugian oleh komponen
pasif ini pada pemakaian di tempat lain dalam rangkaian elektronika audio.
3.Ketidaklinieran perbedaan fasa
karena ketidakstabilan impedansi speaker
Ketika
seorang perancang speaker pasif menghitung nilai L dan C untuk crossover pasif,
maka nilai L dan C tersebut sesungguhnya hanya berlaku untuk satu nilai
impedansi tertentu saja yang konstan, namun dalam kenyataannya tidak ada
speaker yang impedansinya konstan dalam rentangan frekuensi audio, sehingga
delay ataupun pergesaran fase yang sebelumnya sudah diperhitungkan dengan
akurat, namun karena ketidak linieran impedansi ini kemudian menjadi
tidak akurat, dan keadaan ini bisa menggangu kalkulasi lainnya sperti
misalnya time alligment antara tweeter dan driver lainnya.
4. Kompromi Akurasi Karena
Ketersediaan Komponen
Dalam
proses perancangan rangkaian elektronika yang menggunakan komponen aktif maupun
pasif, selalu akan ada keadaan dimana nilai komponen yang didapat dari
perhitungan tidak sesuai dengan nilai standar yang ada di pasaran. Dalam proses
perancangan crossover pasif perbedaan nilai C antara perhitungan dengan nilai
standar yang tersedia, umumnya menjadi sebuah kendala dalam mendapatkan
perhitungan yang akurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar