Minggu, 26 April 2015

Pengertian serta Peran Psikologi Industri dan Organisasi

1.      Pengertian Psikologi Industri dan Organisasi
a.       Pengertian industri
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh atau tenaga kerja. Industri adalah semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Contoh hasil industri yang berbentuk jasa adalah pada asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi (pengiriman barang).
b.   Pengertian Organisasi
Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan orang-orang di bawah pengarahan manajer (pimpinan) untuk mengejar tujuan bersama.
c.     Pengertian Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi industri/organisasi merupakan suatu ilmu yang di dalam psikologi, adapun pengertian dari psikologi industri/organisasi dari beberapa tokoh, yaitu:
·         Guion (1983), Psikologi industri organisasi adalah studi tentang hubungan antara manusia dengan dunia kerja. Riset terhadap manusia kemana mereka pergi, mereka bertemu dan apa yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupannya.
·         Lum dan Taylor (1968), Psikologi industri organisasi adalah aplikasi yang simple atau pendalaman dari fakta-fakta dan prinsip-prinsip psikologis yang berkaitan dengan manusia dalam konteks bisnis dan industri.
·         Munsterberg (dalam Berry 1998) adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam dunia kerja.
·         A.S. Munandar (1994), Psikologi industri organisasi adalah ilmu yg mempelajari perilaku manusia dalam peranannya sebagai tenaga kerja & konsumen baik secara perorangan maupun secara kelompok.
Jadi Psikologi industri dan organisasi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan konsumen yang baik secara perorangan maupun secara kelompok untuk kepentingan dan kemanfaatan bersama.
2.   Peranan Psikologi dalam Industri dan Organisasi
a.       Organizational Behavior (OB)
·        Dimaksudkan bahwa perilaku organisasi menyelidiki dampak perorangan, kelompok, maupun struktur pada perilaku dalam organisasi. Hal ini bertujuan untuk  menerapkan pengetahuan tersebut dalam memperbaiki efektivitas organisasi (Stephen P. Robbins, 1996).
·        Dalam hal ini, perilaku organisasi (OB) diasumsikan sebagai salah satu studi yang sistematis dan penerapan pengetahuan tentang cara individu dan kelompok bertindak dalam organisasi tempat mereka bekerja (Talya Bauer dan Berrin Erdogan, 2009).
b.   Organization Change Development (OCD)
·         Perubahan yang terjadi pada misi dan tujuan organisasi, strategi, tugas, dikarenakan adanya perkembangan teknologi, perubahan perilaku individu dan perubahan struktur organisasi. Sebagian besar perubahan organisasi yang terencana akan mencakup lebih dari satu target-target tersebut diatas (Schermerhom, et.al 1985).
·         Faktor utama yang dijadikan alasan untuk melakukan perubahan didalam organisasi adalah lingkungan eksternal yang selalu berubah dan dinamis. Organisasi selalu berhadapan dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis sehingga akan mendorong organisasi untuk berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan - perubahan tersebut, Robbins (1993).
c.   Learning Organization (LO)
·         LO adalah organisasi-organisasi di mana orang mengembangkan kapasitas mereka secara terus-menerus untuk menciptakan hasil yang mereka inginkan, di mana pola pikir yang luas dan baru dipelihara, di mana aspirasi kolektif dipoles, di mana orang-orang belajar tanpa henti untuk melihat segala hal secara bersama-sama. Peter Senge (1990: 3)
·         LO adalah organisasi yang terus belajar secara sungguh-sungguh dan bersama-sama, kemudian mentransformasikan dirinya agar dapat mengoleksi, mengelola dan menggunakan pengetahuannya secara lebih baik untuk keberhasilan organisasi. Marquardt (1996: 229)
·         LO adalah suatu organisasi yang memberi kemudahan seluruh anggotanya untuk belajar dan mengubah bentuk organisasi secara terus-menerus guna memperoleh prestasi dan daya saing yang unggul dikutip oleh Wills (2009:1)
d.   Culture Organization (CO)
·         Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
·         Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
·         Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.







Referensi :






Psikologi : Tokoh Karen Horney


A.    Biografi Singkat
Karen Horney lahir di Hamburg, Jerman pada tanggal 16 September 1885 dan meninggal di New York City pada tanggal 4 Desember 1952. Horney mendapatkan gelar pendidikan kedokterannya di Universitas Berlin dan bekerja di Institut Psikoanalisis Berlin dari tahun 1918 sampai 1932.
Pada tahun 1932, Horney pindah ke New York dimana ia melakukan praktik psikoanalisis dan mengajar pada Institut Psikoanalisis New York.
Merasa tidak puas dengan psikoanalisis ortodoks, Horney bersama sejumlah tokoh lainnya, mendirikan Association for the Advancement of Psychoanalysis dan American Institute of Psychoanalysis. Horney menjadi dekan dari institut ini. Pada akhir hayatnya dia tertarik pada agama Budha Zen, dan dia telah menunjungi beberapa biara Zen di Jepang beberapa tahun sebelum meninggal.
B.     Gambaran Umum
Teori psikoanalisis sosial dari Karen Horney dibentuk berdasarkan asumsi bahwa kondisi sosial dan kultural, terutama pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian seseorang. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak mengembangkan rasa permusuhan dasar (basic hostility) terhadap orang tua mereka dan, sebagai akibatnya, megalami kecemasan dasar (basic anxiety). Horney mengatakan bahwa seseorang melawan kecemasan dasar dengan melakukan salah satu dari tiga cara pokok dalam berhubungan dengan orang lain, yaitu (1). Mendekati orang lain, (2). Melawan orang lain, (3). Menjauhi orang lain. Individu normal mungkin menggunakan cara manapun dari ketiga cara tersebut, tetapi orang-orang neurotik terdorong untuk menggunakan hanya satu cara.
Walaupun tulisan horney lebih ditunjukkan untuk kepribadian neurotik, banyak ide-idenya dapat berlaku pula pada individu normal.
C.     Kecemasan Dasar
Kecemasan dasar adalah konsep fundamental dalam teori kepribadian Horney. Horney mendefinisikannya sebagai “keburukan hati yang meningkat, yaitu meliputi keseluruhan perasaan kesepian dan ketidakberdayaan di dunia yang fana.” Kecemasan dasar adalah dasar dimana neurosa terakhir berkembang, dan ini tidak dapat dipisahkan dengan perasaan permusuhan yang didiskusikan pada bagian sebelumnya.
Sebagaimana yang diindikasikan oleh definisinya, kecemasan dasar adalah meliputi keseluruhan, ini mendasari keseluruhan hubungan yang telah atau akan dibentuk oleh individu dengan individu lain. Horney menggambarkan analogi antara seseorang yang menderita kecemasan dasar dan negara yang mengalami pergolakan politik. Kecemasan dan kerusuhan diantara individu serupa dengan pergolakan bawah tanah dan protes terhadap pemerintah. Pada kasus lain, pergolakan internal mungkin dimanifestasikan secara overt – dengan pemogokan ataupun riot dalam suatu negara atau simtom neurotik pada seorang individu.
Dengan mengabaikan bagaimana seseorang memanifestasikan atau mengekspresikan kecemasan dasar, Horney berpendapat bahwa keadaan perasaan setiap orang adalah kurang lebih sama. Horney menuliskan bahwa, pada kebudayaan kita, setidaknya ada empat pertahanan-diri: mendapatkan kasih sayang, menjadi patuh, memperoleh kekuatan dan penarikan diri.
Ada beberapa cara dimana seseorang dapat mengamankan kasih sayang. Dia mungkin, misalnya, mencoba untuk melakukan apa saja yang diinginkan orang lain, atau mungkin mencoba untuk menyuap atau bahkan mungkin mengancam seseorang agar memberikan hasrat kasih sayang mereka.
Kepatuhan dalam arti pertahanan-diri melibatkan pemenuhan harapan dari seseorang atau harapan semua orang. Seperti seseorang yang berusaha menghindari perbuatan yang akan menyakiti orang lain. Seseorang berani untuk tidak mengkritik atau cara lain misalnya menyerang, harus menekan kebutuhan dan hasrat mereka, dan tidak dapat pula melindungi diri mereka terhadap penyalahgunaan dari rasa takut sebagai reaksi defensif, yang mungkin akan menyakiti orang yang menyakitinya. Horney mengatakan bahwa kebanyakan orang patuh percaya bahwa mereka benar-benar tidak egois dan melakukan pengorbanan-diri.
Mendapatkan kekuatan dari orang lain adalah mekanisme pertahanan-diri yang ketiga. Dengan cara ini seseorang dapat mengompensasikan perasaan ketidakberdayaannya dan mendapatkan rasa aman melalui perolehan kesuksesan atau melalui perasaan superior terhadap orang lain.
Ketiga instrumen pertahanan diri ini memiliki satu kesamaan aspek. Dengan menggunakan salah satu di antaranya, seseorang berusaha untuk menanggulangi kecemasan dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Pertahanan-diri dari kecemasan dasar yang terakhir adalah penarikan-diri (withdrawal) dari orang lain, tidak secara fisik, tetapi secara psikologis. Seseorang berusaha menjadi sepenuhnya terbebas dari orang lain, tidak bersandar pada orang manapun untuk mendapatkan kepuasan dari kebutuhan eksternal maupun internal.
Kebebasan yang dianggap sebagai kebutuhan psikologis seseorang akan diperoleh dengan cara menjauh dan melepaskan diri dari orang lain, tidak lagi bergantung pada orang lain untuk mendapatkan kepuasan dari kebutuhan emosionalnya. Pada kenyataannya, ini melibatkan lebih dari itu; ini melibatkan penumpulan peminimalisiran dari kebutuhan emosional seseorang, dengan menarik-diri dari kontak emosional dan melepaskan kebutuhan emosional seseorang, seseorang melindungi dirinya dari rasa sakit yang diberikan orang.
Keempat mekanisme pertahanan-diri ini memiliki satu tujuan: bertahan terhadap kecemasan. Mereka berorientasi untuk mendapatkan keamanan dan penentraman hati, bukan untuk kebahagiaan atau kesenangan dengan kata lain, mereka bertahan melawan rasa sakit, bukan mencari kesejahteraan.
D.    Kebutuhan – Kebutuhan Neurotik
Horney mengemukakan 10 kebutuhan neurotik, yakni kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari usaha menemukan pemecahan-pemecahan masalah gangguan hubungan antara manusia.
1.      Kebutuhan kasih sayang dan penerimaan: keinginan membabi-buta untuk meyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan harapan orang lain. Orang itu mengharapkan dapat diterima dengan baik orang lain, sehingga berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain, cenderung takut berkemauan,dan sangat peka/ terganggu dengan tanda-tanda permusuhan dan penolakan dari orang lain dan perasaan permusuhan di dalam dirinya.
2.      Kebutuhan partner yang bersedia mengambil alih kehidupannya: tidak memiliki kepercayaan diri, berusaha mengikatkan diri dengan partnet yang kuat. Kebutuhan ini mencakup penghargaan yang berlebihan terhadap cinta, dan ketakutan akan kesepian dan diabaikan.
3.      Kebutuhan membatasi kehidupan dalam ranah sempit: penderita neurotik sering berusaha untuk tetap tidak menarik perhatian, menjadi orang kedua, puas dengan yang serba sedikit. Mereke merendahkan nilai kemampuan mereka sendiri, dan takut menyuruh orang lain.
4.      Kekuasaan : Kekuatan dan kasih sayang mungkin dua kebutuhan neurotik yang terbesar. Kebutuhan kekuatan, keinginan berkuasa, tidak menghormati orang lain, memuja kekuatan dan melecehkan kelemahan, biasanya dikombinasikan dengan kebutuhan prestis dan kepemilikan , yang berujud sebagai kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak perasaan  lemah dan bodoh.
5.      Kebutuhan mengeksploitasi orang lain: Takut menggunakan kekuasaan secara terang-terangan, menguasai orang lain melalui eksploitasi dan superiorita intelektual. Neurotik sering mengevaluasi orang lain berdasarkan bagaimana mereka dapat dimanfaatkan atau diekspoitasi, pada saat yang sama mereka takut diekploitasi orang lain.
6.      Kebutuhan pengakuan sosial atau prestise: Kebetutuhan memperoleh penghargaan sebesar-besarnya dari masyarakat. Banyak orang yang berjuang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi nomor satu, menjadi yang terpenting, menjadi pusat perhatian.
7.      Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi: pengidap narkotik memiliki gambaran diri melambung dan ingin dikagumi atas dasar gambaran itu, bukan atas siapa sesungguhnya mereka. Inflasi harga diri yang terus menerus terjadi harus ditutupi juga secara terus-menerus dengan penghargaan dan penerimaan dari orang lain.
8.      Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi: penderita neurotik sering memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik- penjual terbaik- pemain bowling terbaik, pecinta terbaik. Mereka ingin menjadi terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai akibat dari perasaan tidak aman, harus mengalahkan orang lain untuk menyatakan superioritasnya.
9.      Kebutuhan untuk mencukupi diri sendiri & independensi: Neurotik yang kecewa-gagal menemukan hubungan-hubungan yang hangat dan memuaskan dengan orang lain yang cenderung akan memisahkan diri tidak mau terikat dengan orang lain orang menyendiri.
10.  Kebutuhan kesempurnaan dan ketaktercelaan : melalui perjuangan yang tidak mengenal lelah untuk menjadi sempurna, penderita neurotik membuktikan harga diri dan superioritas pribadinya.
Tidak satupun dari kebutuhan ini selamanya neurotik atau abnormal, tetapi tampak sementara. Apa yang membuat mereka neurotik adakah intensitas dan kompulsifitas pengejaran dari kepuasan mereka sebagaimana cara mengatasi kecemasan dasar. Dalam kasus ini, kepuasan mereka tidak dapat menolong pengamanan perolehan individu tetapi hanya dapat menolong mereka dari rasa sakit akibat kecemasan. Dan juga ketika mengejar kepuasan kebutuhan ini hanya untuk menghindari kecemasan, seseorang berusaha untuk fokus pada satu-satunya kebutuhan dan mencari kepuasannya secara kompulsif dalam berbagai situasi.
Dalam pekerjaan terakhirnya, Horney menjadi tidak puas dengan sepuluh kebutuhannya, atau setidaknya menyebutkannya secara individu. Dia menyadari bahwa kebutuhan ini dapat dikelompokkan setidaknya dalam tiga kelompok, tiap-tiap kelompok merepresentasikan sikap mereka terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara khusus, dia berkata bahwa tiap-tiap kebutuhan melibatkan salah satu berikut ini: gerakan menuju orang lain, gerakan melawan orang lain, atau gerakan menjauh dari orang lain. Sebagai contoh, kebutuhan (1) dan (2) – untuk kasih sayang/penerimaan dan untuk partner dominan – melibatkan gerakan menuju orang lain. Bergerak melawan orang lain termasuk kekuatan eksploitasi, prestise, pemujaan, dan ambisi akan kebutuhan. Kebutuhan akan kecukupan-diri, untuk kesempurnaan, dan untuk pembatasan hidup yang terbatas melibatkan gerakan menjauh dari orang lain. Horney menyebut tiga kategori gerakan direksional ini sebagai kecenderungan neurotik.
E.     Kecendrungan Neurotik
Karena kecenderungan neurotik berkembang dari mekanisme pertahanan yang didiskusikan di atas, kita akan melihat persamaan di antaranya. Dalam sebuah pengertian dapat kita katakan bahwa kecenderungan neurotik adalah perluasan dari alat perlindungan. Kecenderungan perilaku dan sikapnya adalah memaksa; yaitu, individu neurotik memaksa untuk berkelakuan sesuai dengan salah satu dari mereka. Mereka juga menunjukkan tidak pandang bulu pada sebuah dan semua situasi, termasuk interaksi dengan orang lain. Setiap kecenderungan neurotik ini menunjukkan jenis tingkah laku tertentu. Jenisnya antara lain: gerakan menuju orang (tipe mengalah); gerakan melawan orang (tipe agresif); gerakan memisah dari orang lain (tipe obyektif).
F.      Mendekati Orang Lain
Orang mendekati orang lain sebagai usaha untuk melawan perasaan tak berdaya. Orang yang merasa selalu kalah atau mudah kalah (compliant),menjadi sangat membutuhkan kasih sayang penerimaan, dan atau membutuhkan partner yang kuat yang dapat mengambil tanggung jawab terhadap kehidupannya. Horney menamakan kebuhan ini sebagai ketergantungan yang tidak normal (morbid dependency) sebgai lawan dari saling tergantung (codepency).
Horney menambahkan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan-kebutuhan ini pada tingkatan tertentu. Banyak dari kita menyadari bahwa pada waktu tertentu kita merasakan kebutuhan untuk memanfaatkan orang lain atau terbebas dari mereka, kebutuhan akan kasih sayang dan penerimaan dan sebagainya.
Kecenderungan neurotik mendekat orang lain, melibatkan strategi yang kompleks, karena mencakup keseluruhan fikiran, perasaan, tingkah laku- keseluruhan gaya hidup- seseorang itu adalah filsafat hidup. Orang neurotik yag memakai filsafat hidup semacam itu memandang dirinya sebagai orang yang mudah dicintai, baik hati, tidak mementingkan diri sendiri, sederhana, dan peka dengan perasaan orang lain. Mereka bersedia menempakan diri dibawah orang lain, menempatkan orang lain lebih cerdas dan lebih menarik, dan menilai diri sendiri sesuai dengan fikiran orang mengenai dirinya.
G.    Melawan Orang Lain
Orang yang agresif memandang orang lain sebagai musuh, dan memakai strategi melawan oang lain untuk meredakan kecemasannya. Seperti orang komplian dia mendekat orang lain, tetapi bukannya menyerahkan diri, dia malahan bersikap buruk dan kasar. Mereka dimotivasi untuk mengeksploitasi orang lain, dan memanfaatkan orang lain untuk keuntungan dirinya. Mereka tidak mau menerima kesalahan dirinya, secara kompulsif berusaha tampil sempurna, kuat dan superior. Lima dari kebutuhan neurotik, termasuk klasifikasi kecenderungan menyerang, yakni kebutuhan menjadi kuat, mengeksploitasi orang lain, memperoleh prestise, dihormati, dan berprestasi. Orang-orang ini mungkin tampil tampil sebagai pekerja keras dan bersemangat, tetapi tidak merasa senang dengan pekerjaannya.
H.    Menjauh Dari Orang Lain
Untuk mengatasi konflik dasar isolasi, orang justru memisahkan diri, memakai kecenderungan neurotik menjauh dari orang lain. Strategi ini adalah ekspresi kebutuhan keleluasan pribadi (privacy), kemandirian, dan kecukupan diri sendiri (self-sufficieny). Kebutuhan semacam itu dapat menimbulkan tingkah laku yang positif, tetapi juga bisa negatif, neurotik- kalau orang secara kompulsif berusaha memuaskan diri dengan mengambil jarak secara emosional dengan orang lain.
I.       Penggambaran Horney Tentang Sifat Manusia
Seperti yang telah kita lihat pada permulaan bagian ini, gambaran Horney tentang kita, seperti milik Adler, yaitu mempertimbangkan lebih optimis daripada milik Freud. Mungkin dasar paling penting untuk keoptimisan ini adalah kepercayaannya yang kuat bahwa kita tidak didominasi oleh kekuatan atau dorongan biologis untuk masalah, kecemasan (anxiety), neuroses, atau untuk suatu universalitas kepribadian.
Pada Horney, setiap manusia adalah unik. Perilaku neurotic, tentu saja, dapat terjadi dan dapat hilang, tapi, ketika hal ini terjadi, merupakan hasil dari kekuatan (dorongan) sosial-kondisi-kondisi yang terjadi pada masa awal kanak-kanak. Kondisi ini juga dapat memenuhi atau menggagalkan kebutuhan anak-anak untuk keamanan dan perlindungan. Jika kondisi ini menggagalkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, hasilnya adalah perilaku neurotik.
Jadi neuroses dan masalah bukan merupakan kondisi yang sudah harus diterima oleh manusia. Mereka dapat menghindarinya, Horney menegaskan agar anak-anak dibesarkan di rumah yang memberikan perlindungan, kepercayaan, cinta dan penerimaan yang genuine.
Horney percaya bahwa dengan memberikan kondisi yang tepat pada masa anak-anak, banyak anak akan tumbuh dan berkembang di dalam kepribadian dewasa yang berintegrasi dengan baik dan menyatu. Setiap orang memiliki potensi yang dibawa sejak lahir untuk melakukan realisasi diri (seif-realization). Keinginan untuk berkembang yang ada sejak lahir, dan ini merupakan keistimewaan dan kebutuhan kita untuk mencapai tujuan dalam hidup.
Horney juga percaya, agak setuju dengan Adler, bahwa kita memiliki kapasitas untuk dengan sadar membentuk dan mengubah kepribadian kita, individu-individu dan lingkungan sosial dapat merubah lebih baik. Neuroses dapat dicegah oleh kondisi masa kanak-kanak yang tepat. Sifat manusia atau kepribadian. Karena fleksibel, bukan merupakan bakat dalam pembentukan pada masa kanak-kanak. Setiap orang memiliki kapasitas untuk mengubah pada cara mendasar. Pengalaman terakhir, kemudian mungkin sama pentingnya dengan masa kanak-kanak itu.
Kemampuan perkembangan diri tiap individu bahwa dia menegaskan analisis diri dalam kerja terapeutiknya dimanapun yang memungkinkan. Dia menulis buku yang berjudul “Self-Analysis” yang memperdebatkan pada kebaikan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Self knowledge, dia mengatakan, yang artinya merupakan kebebasan kemampuan kita untuk berkembang secara spontan. Pencarian self-knowledge merupakan suatu hak dan kewajiban. Setiap dari kita mampu membentuk hidup kita sendiri dan meraih realisasi diri (self realization). Oleh karena itu, perilaku kita tidak sepenuhnya dapat ditentukan.



















DAFTAR PUSTAKA
1.      Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Umm Press: Malang .
3.      Suryabrata, Sumadi.  (2003). Psikologi KepribadianJakarta: PT. Raja Grafindo Persada.





Psikologi : Sikap

Pengertian Sikap
Sikap adalah penilaian (evaluasi) terhadap, objek sikap orang, objek-objek, dan ide-ide (gagasan).
Dibawah ini pengertian Sikap Menurut para Ahli:
1.      Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif  (ravorably) atau secara negatif (untavorably) terhadap obyek - obyek tertentu.
2.      D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional , emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.
3.      La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Komponen Sikap
Terdapat tiga komponen sikap, tiga komponen sikap itu adalah komponen respons evaluative kognitif, komponen respons evaluative afektif, dan komponen respons evaluative perilaku. Ketiga komponen itu secara bersama merupakan penentu bagi jumlah keseluruhan sikap seseorang ( Manstead, 1996; Strickland, 2001)
a.      Komponen Respons evaluative kognitif
Gambaran tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa atau situasi sebagai sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran, keyakinan atau ide seseorang tentang suatu objek. Dalam bentuk yang paling sederhana, komponen kognitif adalah kategori-kategori yang digunakan dalam berpikir.
Aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai – nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu.





b.      Komponen Respons evaluative afektif
Adalah perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu,atau suka. Dinegara Amerika Serikat, kemungkinan berpindahnya oaring kulit hitam ke daerah perumahan orang kulit putih dapat menimbulkan rasa cemas banyak warga kulit putih.
c.       Komponen Respons evaluative perilaku
Adalah tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan pada perilaku secara terbuka. Misalnya, orang melakukan tendensi untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap anggota dari sekelompok etnis tertentu, namun karena tindakan itu secara social dan legal dilarang, maka ia tidak melakukannya. Berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinandan keinginannya.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat positif atau negatif. Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap obyek atau subyek. Komponen sikap berkaitan satu dengan yang lainnya. Dari manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu sistem.
komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap  dan Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak secara bersama- sama membentuk sikap.

Fungsi Sikap
Katz (Luthans, 1955) menjelaskan empat fungsi sikap, keempat fungsi sikap itu adalah fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan.
Fungsi penyesuaian diri berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk mencapai tujuan secara maksimal. Sebagai contoh, seseorang cenderung menyukai partai politik yang mampu memenuhi dan mewakili aspirasi-aspirasinya. Di Negara Inggris dan Astralia, seorang pengangguran akan cenderung memilih partai buruh yang kemungkinan besar dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau member tunjangan lebih besar.
Fungsi pertahanan diri mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Sebagai contoh fungsi ini adalah perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi cirri-ciri yang tidak diakui oleh diri seorang dalam dirinya kepada orang lain. Melalui proyeksi, ia seakan-akan tidak akan memiliki cirri-ciri itu.
Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positive nilai-nilai dasar seseorang , memamerkan citra dirinya , dan aktualisasi diri. Si Fithra mungkin memiliki citra diri sebagai seorang “ Konsevative” yang hal itu akan mempengaruhi sikapnya tentang demikrasi atau sikapnya tentang perubahan social.
Fungsi pengetahuan berarti bahwa sikap membantu seseoarang menetapkan standar evaluasi terhadap sesuatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka acu pribadi seseoarang dalam menghadapi objek atau peristiwa disekelilingnya. Contoh fungsi pengetahuan sikap misalnya adalah pemilik sepeda motor akan mengubah sikap positif terhadap sepeda motor seiring dengan peningkatan status sosialnya. Ia sekarang emutuskan untuk membeli mobil karena ia yakin bahwa mobil lebih sesuai dengan status sosialnya yang baru, yaitu sebagai manager tingkat menengah sebuah perusahaan level menengah.

Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap dapat terbetuk atau berubah melalui empat macam:
a)      Adopsi
Kejadian- kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan memengaruhi terbentuknya suatu sikap.
b)      Diferensiasi
Dengan berkem bangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
c)      Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal hal tersebut.
d)     Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman –pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
Mengubah Sikap Dengan Cara Mengubah Perilaku: Cognitive Dissonance Theory
ü  Bila seseorang perilaku tidak konsisten (sesuai) dengan sikapnya dan tidak menemukan suatu pembenaran (alasan) eksternal atas perilakunya, maka terjadi disonansi kognitif.

ü  Disonansi kognitif terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang mengancam citra (image) dirinya sebagai orang yang layak, baik hati, dan jujur, khususnya bila tidak ada faktor situasi yang dapat dijadikan alasan.


ü  Bila dalam kondisi disonansi kognitif kita tidak menemukan situasi eksternal yang dapat menjadi pembenaran (external justification) atas tindakan kita, lalu kita berusaha menemukan pembenaran dari dalam diri sendiri (internal justification).

ü  Caranya, kita berusaha menyatukan sikap dan perilaku: mulai meyakini apa yang kita katakan. →Terjadi perubahan sikap.


ü  Proses seperti itu disebut Counterattitudinal advocacy.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap
1.) Faktor intern: yaitu manusia itu sendiri.
2.) Faktor ekstern: yaitu faktor manusia.
Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:
a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
a.) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.
b.) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
c.) Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
d.) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.
e.) Pengaruh  faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Sikap Eksplisit dan Implisit
Ø  Sekali sikap berkembang, dapat berada pada dua level: implisit maupun eksplisit.
ü  SIKAP EKSPLISIT : sikap yang dimiliki secara sadar, dapat diungkapkan dengan mudah
ü  SIKAP IMPLISIT : sikap yang tidak disengaja, tak terkendali,
dan tidak disadari → Mendasari stereotip dan prasangka yang otomatis.

Ø  Sikap seseorang pada level eksplisit dapat berbeda dengan sikapnya pada level implisit. Misal: “secara eksplisit bersikap positif terhadap ras lain, namun secara implisit bersikap negatif”.




















  

Narasumber :

Aronson E, Wilson T.D., & Akert, R.M. (2007). Social Psychology. Singapore: Pearson Prentice Hall.

H. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Anonim a. 2008. Faktor – Faktor yang mempengaruhi sikap ( Online ) http: // www. Sikap. Com,diakses 7 April 2010
Sri Utami Rahayuningsih . 2008. Sikap ( Attitude ) (Online ) http:// www. Atttitude,blogspot. Com, diakses 7 April 2010
Fitri. 2008. Pengertian Sikap (Online ) http:// Blog dunia Psikologi. Com, diakses 7 April  2010
Hanurawan Fattah. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung :Rosada
Sarwono Sarlito. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers