LAPORAN
PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama
Mahasiswa : Prayogi P.
NPM : 16513907
Tanggal
Pemeriksaan : 14 Juni 2014
|
Nama
Asisten : 1. Diba
Ayu Mustika S.
Paraf
Asisten :
|
1.
Percobaan : Indera Pendengaran
Nama
Percobaan : Rine
Nama
Subjek Percobaan : Prayogi Pangestu
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi
Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Membuktikan bahwa
transmisi melalui udara lebih baik daripada tulang.
b.
Dasar
Teori : Telinga mempunyai reseptor
khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian
utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
Telinga luar berfungsi menangkap getaran
bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga
dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rangsang bunyi dan
mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. Manusia hanya dapat
mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000 Hz (Hertz). Vibrasi berjalan
melalui udara sekitar 1,238 kilometer (743mil) perjam. Hubungan antara dimensi
fisik dari bunyi dan persepsi pendengaran yang dilakukan manusia terhadap bunyi
yang keras tergantung dari amplitudonya, persepsi terhadap bunyi yang tinggi
tergantung dari frekuensinya dan persepsi terhadap kualitas bunyi (timbre)
berkaitan dengan kompleksitas vibrasi.
Garputala ialah sebuah instrument yang
hanya mengeluarkan satu nada tunggal, terbuat dari material jenis besi. Bila
garputala digetarkan maka getaran melalui udara dapat didengar dua kali lebih
lama dibandingkan melalui tulang. Semakin besar garputala maka makin berat suaranya.
Membrane timpani menggertarkan maleus incus dan stapes sehingga terdengar
suara. Normal getaran melalui tulang dapat didengar selama 70 detik maka getaran melalui udara dapat didengar
selama 40 detik.
c.
Alat
yang Digunakan : Garputala
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Pukulkan
garputala pada besi, lalu letakkan garputala diatas kepala sampai suara yang
dihasilkan oleh garputala tersebut hilang, kemudian pindahkan garputala dari
atas kepala ke depan lubang telinga dan rasakan suara yang dihasilkan oleh
garputala tersebut.
1.2 Sama seperti langkah diatas, namun pada
percobaan kedua ini, setelah garputala dipukulkan pada besi, garputala tersebut
langsung diletakkan di belakang daun
telinga dan selanjutnya diletakkan didepan lubang telinga serta rasakan suara
yang dihasilkan oleh garputala tersebut.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1 Kekuatan suara lemah
1.2 Kekuatan suara agak kuat
f.
Hasil
Sebenarnya : 1.1 Suara nada garputala sudah tidak terdengar
ketika diletakkan dipuncak kepala, masih tetap terdengar ketika garputala itu
ditempatkan didepan lubang telinga.
1.2 Suaranya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
semakin besar garputala, semakin berat suaranya.
1.3 Jika garputala dan telinga disejajarkan, maka
akan lebih bagus.
1.4 Pada Orang Tua, relastisitas membrane
thympany kurang berfungsi dengan baik.
1.5 Membrane thympany menggetarkan maleus incus
stapes sehingga terdengar suara.
g.
Kesimpulan : Telinga
mempunyai 3 bagian utama, yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam. Manusia
hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000 Hz (Hertz). Garputala
ialah sebuah instrument yang hanya mengeluarkan satu nada tunggal, terbuat dari
material jenis besi. Bila garputala digetarkan maka getaran melalui udara dapat
didengar dua kali lebih lama dibandingkan melalui tulang. Semakin besar
garputala maka semakin besar atau berat suara yang dihasilkan. Garputala yang
diletakan di atas kepala sebelumnya dan kemudian diletakkan sejajar dengan
lubang telinga, memiliki hasil suara yang kecil dibandingkan dengan garputala
yang diletakkan dibelakang daun telinga sebelumnya, karena memiliki suara yang
lebih besar.
h.
Daftar Pustaka : Syarif, Muhammad .(2009).
Sistem Saraf dan Indera Manusia. Jakarta : Erlangga.
Puspitawati, Ira .(1998). Psikologi Faal. Depok : Universitas
Gunadarma.
Kimball, John W .(1992). Biologi. Jakarta : Erlangga
2.
Percobaan : Indera Pendengaran
Nama
Percobaan : Tempat Sumber Bunyi
Nama
Subjek Percobaan : Priyo Pambudi
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi
Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Menentukan sumber bunyi
b.
Dasar
Teori : Indera pendengaran
berperan penting terhadap partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan
sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara
serta kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar. Manusia hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20
sampai 20.000 Hz (Hertz).
Bunyi yang datang dari suatu sumber yang
ada didalam bidang meridian yang
melalui tubuh manusia dan terdapat dimuka, diatas ataupun dibelakangnya akan
mencapai telinga dalam waktu bersamaan. Apabila sumber bunyi ada disebelah
kiri, maka telinga kiri yang dahulu mendengarnya.
Oleh karena itu timbul kesan bahwa sumber
bunyi itu datang secara terus menerus pada waktu yang sama pada kedua telinga kita,
kita akan kesulitan menentukan sumber bunyi.
c.
Alat
yang Digunakan : Pipa karet
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Mintalah
rekan Anda untuk menggunakan pipa karet tersebut seperti menggunakan headset
(kedua ujung pipa karet diletakkan dikedua dilubang telinga). Kemudian, Anda
sentil pipa karet tersebut secara acak (kiri, tengah, kanan), lalu biarkan teman
Anda menjawab sumber suara tersebut.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1 Rekan Saya berhasil menjawab semuanya dengan
benar.
f.
Hasil
Sebenarnya : Subjek masih dapat
membedakan suara pipa kiri dan kanan dianggap normal, namun suara tengah
sedikit sulit.
g.
Kesimpulan : Indera pendengaran
berperan penting terhadap partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan
sehari-hari. Seseorang yang memiliki pendengaran yang baik, akan bisa
menentukan arah sumber bunyi. Percobaan pipa karet, merupakan salah satu
percobaan dimana seseorang bisa menentukan darimana sumber bunyi berasal.
Pendengaran praktikan dianggap normal jika masih dapat membedakan suara pipa
karet dari kanan dan kiri, namun akan terasa sulit menebak bila suara pipa
karet berasal dari tengah.
h.
Daftar Pustaka : Kimball,
John W .(1992). Biologi. Jakarta :
Erlangga.
Priadi,
Arif .(2009). Biologi. Jakarta :
Yudhistira.
Irawan, Rudi .(2012). Indera Manusia. Jakarta : Global Media.
3.
Percobaan : Indera Pendengaran
Nama
Percobaan : Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Nama
Subjek Percobaan : Prayogi Pangestu
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi
Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Memeriksa ketajaman
pendengaran
b.
Dasar
Teori : Sistem pendengaran
adalah sistem yang digunakan untuk mendengar. Hal ini dilakukan terutama oleh
sistem pendengaran yang terdiri daritelinga, syaraf-syaraf, dan otak.. Suara
adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul dilingkungan
eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran. Plot gerakan-gerakan ini molekul
yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani sebagai perubahan
tekanan di memberan timpani persatuan, persatuan waktu adalah persatuan
gelombang dan gerakan semacam itu dalam lingkugan secara umum disebut gelombang
suara. Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi
dan semakin tinggi nada sedangkan manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai
20.000 Hz.
Proses mendengar ditimbulkan oleh
getaran atmosfer yang dikenal sebagagi gelombang suara yang kecepatan dan
volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui telinga luar yang
memnyebabkan membran timpani bergetar. Getaran – getaran tersebut diteruskan
menuju inkus dan stapes melalui maleus yang terikat pada membrane itu. Karena
getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri, maka tulang akan
memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju
perilimfe.
c.
Alat
yang Digunakan : Stopwatch dan meteran
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Mintalah
bantuan rekan Anda untuk memegang stopwatch. Letakkan stopwatch di depan lubang
telinga sebelah kanan, lalu nyalahkan stopwatch dan secara perlahan jauhkan
dari lubang telinga. Bila suara yang dihasilkan stopwatch tersebut sudah tidak
terdengar, ucapkan “stop” pada rekan Anda. Kemudian hitunglah jarak antara
stopwatch dengan lubang telinga.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1 Telinga kanan = 32 cm. Telinga kiri = 32 cm
f.
Hasil
Sebenarnya : Sangat dipengaruhi oleh
kebisingan, biasanya diatas rata-rata 50 cm, telinga kanan dapat mendengar
lebih jauh daripada telinga kiri, hal ini pengaruhnya pada otak kanan dan kiri.
g.
Kesimpulan : Sistem pendengaran
adalah sistem yang digunakan untuk mendengar. Suara adalah sensasi yang timbul
apabila getaran longitudinal molekul dilingkungan eksternal, yaitu masa
pemadatan dan pelonggaran. Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin
tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Proses mendengar ditimbulkan oleh
getaran atmosfer yang dikenal sebagagi gelombang suara yang kecepatan dan
volumenya berbeda-beda. Semakin jauh jaraknya maka semakin bagus kualitas
pendengaran dari seseorang. Kebisingan menjadi salah satu faktor pendengaran
seseorang terganggu.
h.
Daftar Pustaka : Evelyn, Pearce .(2000). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.
Priadi, Arif .(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.
Irawan, Rudi .(2012). Indera Manusia. Jakarta : Global Media.
4.
Percobaan : Indera Pendengaran
Nama
Percobaan : Keseimbangan
1.1 Kedudukan Kepala dan Mata Normal
1.2 Kanalis Semisirkularis Horizontalis
1.3 Nistagmus
Nama
Subjek Percobaan : Prayogi Pangestu
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi
Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Memahami bahwa cairan
endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga dikembalikan seperti
sediakala, melihat adanya nigtamus.
b.
Dasar
Teori : 1.1 Kedudukan Kepala dan Mata Normal
Kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak
dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Saraf vestibulokoklear adalah saraf kranial kedelapan
yang berperan dalam proses mendengar dan menjaga keseimbangan tubuh. Makna kata
vestibulokolear berasal dari 2 kata yaitu vestibular (keseimbangan) dan kolear
(pendengaran) Saraf ini merupakan saraf sensoris dengan nama lain saraf
statoacoustic di jalarkan melalui nuclei vestibular dan fasi. Setiap kali mata
berputar secara tiba-tiba sinyal yang berasal dari kanalis semisirkuralis
menyebabka mata berputar dengan arah berlawanan dengan arah putaran kepala.
Keadaan ini timbul akibat adanya reflex yang kulus longitudinalis meial menuju ke nuclei okulomotor
1.2 Kanalis Semilirkularis Horizontalis
Di dalam saluran pendengaran terdapat
sebuah saluran kecil diatas rumah siput yang disebut kanalis semisirkularis.
Kanalis semisirkularis terdiri atas tiga saluran setengah lingkaran. Satu
saluran berada dalam posisi horizontal yang disebut ampula, sedangkan dua bagian
lainnya dalam posisi vertical, yaitu skula dan utrikula. Terdapat 3 buah
kanalis yaitu superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 90 derajat
satu sama lain. Didalam kanalis semisirkularis terdapat
cairan dan rambut getar yang berfungsi sebagai alat pengenal posisi sehingga
kita dapat menjaga keseimbangan tubuh. Selain itu, didalam saluran ini juga terdapat suatu protein dan kalsium
karbonat yang ikut menentukan posisi tubuh, yaitu otolit. Bersama dengan cairan
yang berada didalam analis semisirkularis, otak dapat memahami posisi tubuh kita
dan mempertahankan keseimbangan posisi tubuh.
1.3 Nistagmus
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat
dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa
membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan
menggerakkan kepala penderita secara tiba – tiba atau dengan meneteskan air
dingin ke dalam telinga. Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri
dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup. Nistagmus terjadi karena adanya gejala yang
timbul akibat keseimbangan dalam telinga terganggu sehingga menyebabkan
pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala menjadi pusing.
c.
Alat
yang Digunakan : Individu
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Kedudukan
Kepala dan Mata Normal
Mintalah bantuan dan bimbingan dari
asisten laboratorium. Berdiri dan sejajarkan kedua kaki pada petak lantai,
selanjutnya hentakkan kepala kearah kanan/kiri. Lalu berjalan lurus ke depan,
bila sudah sampai batasnya, lihat kedua kaki, masih sejajar atau tidak dengan
petak lantai.
1.2 Kanalis Semilirkularis Horizontalis
Masih sama seperti percobaan pertama,
namun pada percobaan kedua ini, sebelumnya tubuh Anda diputarkan sebanyak 5
kali ke kiri/kanan.
1.3 Nistagmus
Masih sama dengan percobaan pertama dan
kedua sebelumnya, namun pada percobaan ketiga ini, sebelumnya tubuh Anda
diputarkan sebanyak 5 kali ke kanan/kiri dengan tangan kanan/kiri memegang daun
telinga dan dengkul kanan/kiri dengan posisi membungkuk.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1 Hentakan kekiri = lurus. Hentakan kekanan =
tidak sejajar dengan petak lantai dan langkah kaki cenderung kearah kanan. Pada
percobaan ini, tidak terasa pusing.
1.2 Putaran kekanan = lurus. Putaran kekiri =
lurus. Pada percobaan ini tidak terasa pusing.
1.3 Putaran kekanan = tidak sejajar dengan petak
lantai dan langkah kaki cenderung kekanan. Putaran kekiri = tidak sejajar
dengan petak lantai dan langkah kaki cenderung kekanan. Pada percobaan ini
terasa sedikit pusing dan mata berkunang-kunang.
f.
Hasil
Sebenarnya : 1.1 Dalam sikap tubuh biasa, praktikan dapat
berjalan lurus atau tidak mengalami
kesulitan.
1.2 Dalam sikap tubuh dengan muka dibuang ke kanan/kiri,
praktikan tidak dapat berjalan lurus, biasanya jalan kekiri/kekanan.
g.
Kesimpulan : 1.1 Kedudukan Kepala dan Mata Normal.
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan
postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan
sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan.
1.2 Kanalis Semisirkularis Horizontalis
Di dalam saluran
pendengaran terdapat sebuah saluran kecil diatas rumah siput yang disebut
kanalis semisirkularis. Kanalis Semisirkularis terdiri atas 3 saluran setengah
lingkaran. Terdapat 3 buah kanalis yaitu superior, posterior dan lateral yang
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain.
1.3 Nistagmus
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat
dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Nistagmus terjadi karena adanya gejala
yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga terganggu sehingga menyebabkan
pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala menjadi pusing.
h.
Daftar Pustaka : Guyton and Hall .(1997). Fisiologi kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kimball, John W .(1992). Biologi. Jakarta : Erlangga.
Puspitawati, Ira .(1998). Psikologi Faal. Depok : Universitas
Gunadarma.
1 komentar:
Hasil dari praktikum ini menambah wawasan saya, terimakasih. Yuk kunjungi
Website kami
Posting Komentar