Pengertian Sikap
Sikap
adalah penilaian (evaluasi) terhadap, objek sikap orang, objek-objek, dan
ide-ide (gagasan).
Dibawah ini
pengertian Sikap Menurut para Ahli:
1. Menurut
Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk
bereaksi (disposition to react) secara positif
(ravorably) atau secara negatif (untavorably) terhadap obyek - obyek
tertentu.
2. D.Krech
dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai
organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional , emosional,
perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.
3. La
Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku ,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli
sosial yang telah terkondisikan.
Komponen
Sikap
Terdapat
tiga komponen sikap, tiga komponen sikap itu adalah komponen respons evaluative kognitif, komponen respons evaluative afektif, dan komponen respons evaluative
perilaku. Ketiga komponen itu secara bersama merupakan penentu bagi jumlah
keseluruhan sikap seseorang ( Manstead, 1996; Strickland, 2001)
a.
Komponen Respons evaluative kognitif
Gambaran
tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa atau situasi sebagai
sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran, keyakinan atau ide seseorang
tentang suatu objek. Dalam bentuk yang paling sederhana, komponen kognitif
adalah kategori-kategori yang digunakan dalam berpikir.
Aspek sikap yang
berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang
masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi
akan menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan
pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai – nilai baru yang diyakini
benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau
komponen afektif dari sikap individu.
b.
Komponen Respons evaluative afektif
Adalah
perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan atau emosi
meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu,atau suka. Dinegara Amerika
Serikat, kemungkinan berpindahnya oaring kulit hitam ke daerah perumahan orang
kulit putih dapat menimbulkan rasa cemas banyak warga kulit putih.
c.
Komponen Respons evaluative perilaku
Adalah
tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Dalam
hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan pada perilaku
secara terbuka. Misalnya, orang melakukan tendensi untuk melakukan tindakan
diskriminatif terhadap anggota dari sekelompok etnis tertentu, namun karena
tindakan itu secara social dan legal dilarang, maka ia tidak melakukannya.
Berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan
keyakinandan keinginannya.
Sikap seseorang
terhadap suatu obyek atau subyek dapat positif atau negatif. Manifestasikan
sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak, setuju
atau tidak setuju terhadap obyek atau subyek. Komponen sikap berkaitan satu
dengan yang lainnya. Dari manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga
komponen tersebut tetap dalam ikatan satu sistem.
komponen
kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem,
sehingga tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut
secara bersama-sama membentuk sikap dan
Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak secara bersama-
sama membentuk sikap.
Fungsi Sikap
Katz
(Luthans, 1955) menjelaskan empat fungsi sikap, keempat fungsi sikap itu adalah
fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi
nilai, dan fungsi pengetahuan.
Fungsi penyesuaian diri
berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk
mencapai tujuan secara maksimal. Sebagai contoh, seseorang cenderung menyukai
partai politik yang mampu memenuhi dan mewakili aspirasi-aspirasinya. Di Negara
Inggris dan Astralia, seorang pengangguran akan cenderung memilih partai buruh
yang kemungkinan besar dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau member
tunjangan lebih besar.
Fungsi pertahanan diri
mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan
untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Sebagai contoh fungsi ini adalah
perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi cirri-ciri yang tidak diakui oleh
diri seorang dalam dirinya kepada orang lain. Melalui proyeksi, ia seakan-akan
tidak akan memiliki cirri-ciri itu.
Fungsi ekspresi nilai
berarti bahwa sikap membantu ekspresi positive nilai-nilai dasar seseorang ,
memamerkan citra dirinya , dan aktualisasi diri. Si Fithra mungkin memiliki
citra diri sebagai seorang “ Konsevative” yang hal itu akan mempengaruhi
sikapnya tentang demikrasi atau sikapnya tentang perubahan social.
Fungsi pengetahuan
berarti bahwa sikap membantu seseoarang menetapkan standar evaluasi terhadap
sesuatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas
kerangka acu pribadi seseoarang dalam menghadapi objek atau peristiwa
disekelilingnya. Contoh fungsi pengetahuan sikap misalnya adalah pemilik sepeda
motor akan mengubah sikap positif terhadap sepeda motor seiring dengan
peningkatan status sosialnya. Ia sekarang emutuskan untuk membeli mobil karena
ia yakin bahwa mobil lebih sesuai dengan status sosialnya yang baru, yaitu
sebagai manager tingkat menengah sebuah perusahaan level menengah.
Proses
Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap dapat
terbetuk atau berubah melalui empat macam:
a) Adopsi
Kejadian-
kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus,
lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan memengaruhi
terbentuknya suatu sikap.
b)
Diferensiasi
Dengan berkem
bangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia,
maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri
lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri
pula.
c)
Integrasi
Pembentukan
sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal
hal tersebut.
d) Trauma
Trauma adalah
pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada
jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman –pengalaman yang traumatis dapat juga
menyebabkan terbentuknya sikap.
Mengubah Sikap Dengan Cara Mengubah Perilaku:
Cognitive Dissonance Theory
ü
Bila seseorang perilaku tidak konsisten (sesuai) dengan sikapnya dan
tidak menemukan suatu pembenaran (alasan) eksternal atas perilakunya, maka terjadi
disonansi kognitif.
ü Disonansi
kognitif terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang mengancam citra (image)
dirinya sebagai orang yang layak, baik hati, dan jujur, khususnya bila tidak ada
faktor situasi yang dapat dijadikan alasan.
ü
Bila dalam kondisi disonansi kognitif kita tidak menemukan situasi
eksternal yang dapat menjadi pembenaran (external justification) atas
tindakan kita, lalu kita berusaha menemukan pembenaran dari dalam diri sendiri
(internal justification).
ü
Caranya, kita berusaha menyatukan sikap dan perilaku: mulai
meyakini apa yang kita katakan. →Terjadi perubahan sikap.
ü Proses
seperti itu disebut Counterattitudinal advocacy.
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Sikap
1.)
Faktor intern: yaitu manusia itu sendiri.
2.)
Faktor ekstern: yaitu faktor manusia.
Dalam hal ini
Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:
a.
Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
b.
Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
a.) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang
lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang
yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita
akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua,
teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.
b.) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan
dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita.
c.) Media massa
Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini
dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
d.) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga
pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam arti individu.
e.) Pengaruh faktor
emosional
Tidak
semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Sikap
Eksplisit dan Implisit
Ø Sekali sikap berkembang,
dapat berada pada dua level: implisit maupun eksplisit.
ü SIKAP
EKSPLISIT : sikap yang dimiliki secara
sadar, dapat diungkapkan dengan mudah
ü SIKAP
IMPLISIT
: sikap
yang tidak disengaja, tak terkendali,
dan tidak disadari → Mendasari
stereotip dan prasangka yang otomatis.
Ø Sikap seseorang pada
level eksplisit dapat berbeda dengan sikapnya pada level implisit. Misal: “secara eksplisit bersikap positif terhadap ras lain, namun secara
implisit bersikap negatif”.
Narasumber
:
Aronson E, Wilson T.D., & Akert, R.M. (2007). Social
Psychology. Singapore: Pearson Prentice Hall.
H. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara
Anonim a. 2008. Faktor – Faktor yang
mempengaruhi sikap ( Online ) http: // www. Sikap. Com,diakses 7 April 2010
Sri Utami Rahayuningsih . 2008. Sikap (
Attitude ) (Online ) http:// www. Atttitude,blogspot. Com, diakses 7 April 2010
Fitri. 2008. Pengertian Sikap (Online )
http:// Blog dunia Psikologi. Com, diakses 7 April 2010
Hanurawan Fattah. Psikologi Sosial Suatu
Pengantar. Bandung :Rosada
Sarwono Sarlito. Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta : Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar