LAPORAN
PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama
Mahasiswa : Priyo
Pambudi
NPM : 19513929
Tanggal
Pemeriksaan :
5 Juli 2014
|
Nama
Asisten : 1. Dimas
Apriyanto
Paraf
Asisten :
|
1.
Percobaan : Indera Peraba
Nama
Percobaan : Perasaan pada Kulit
Nama
Subjek Percobaan : Individu
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi
Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Mengetahui adanya
reseptor tekanan, sakit, sentuhan, dingin dan panas pada kulit, serta
mengetahui letak masing – masing reseptor.
b.
Dasar
Teori : Pada lapisan dermis
kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris.
Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan
sebagainya. Oleh karena itu kulit merupakan organ terluas dimana pada organ ini
terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause), rasa
nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan (meissner). Jika
Anda ingin mengetahui tekstur dari suatu permukaan, seperti halus atau kasar
benda, maka dapat Anda lakukan dengan merabanya. Inilah fungsi kulit sebagai
indera peraba. Kulit kita mempunyai kepekaan terhadap rangsang seperti panas,
dingin, tekanan, sentuhan dan rasa sakit karena di bagian tersebut banyak
terdapat saraf-saraf sensori yang bekerja secara spesifik, misalnya rangsang
sentuhan diterima oleh reseptor korpuskel meissner, rangsang tekanan diterima
oleh reseptor korpuskel paccini, dan rangsang dingin diterima oleh reseptor
ruffini.
Permukaan kulit mengandung saraf-saraf
yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Ujung saraf tersebut yaitu
sebagai berikut, Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap
rangsangan berupa tekanan, letaknya di sekitar akar rambut. Ruffini, merupakan
ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan panas. Meisner, merupakan
ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap sentuhan. Krause, merupakan
ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap rangsangan dingin. Lempeng
Merkel, merupakan ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan, terletak dekat
permukaan kulit. Ujung saraf tanpa selaput, merupakan ujung saraf perasa nyeri.
c.
Alat
yang Digunakan : Amplas dengan berbagai
tingkat kekasaran, 3 baskom plastik, serta beberapa macam cairan atau larutan
(air, alkohol 70%, aseton).
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Praktikan
diminta untuk menutup mata dan meraba – raba kekasaran pada 3 amplas, lalu
pisahkan amplas mulai dari yang paling kasar hingga halus.
1.2 Praktikan diminta untuk mencelupkan kedua
tanganya dikedua baskom, baskom kanan berisi air hangat dan baskom kiri berisi
air dingin. Kemudian setelah dicelupkan beberapa lama, angkat kedua tangan
tersebut lalu pindahkan ke baskom yang berisi air biasa. Rasakan reaksi yang
terjadi pada kedua tangan.
1.3 Asisten laboratorium memberikan masing –
masing setetes larutan dari berbagai macam larutan pada punggung tangan,
kemudian, bila larutan tersebut sudah diteteskan di punggung tangan, tiuplah
larutan tersebut dan rasakan reaksi yang terjadi pada punggung tangan.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1 Amplas
3 – 2 – 1
1.2 Air
Panas = dingin
Dingin = biasa
1.3 Larutan
Air = biasa aja
Alkohol = dingin
Aseton = lebih dingin
f.
Hasil
Sebenarnya : 1.1 Membedakan Tingkat Kasar – Halus
3 – 2 – 1
1.2 Membedakan Suhu Air
·
Biasanya setelah dimasukkan
ke baskom C, tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat.
·
Kulit sebagai thermoreseptor,
maka dapat mendeteksi panas dan dingin.
·
Tangan kanan terasa dingin
karena adanya pengurangan kalor, dari panas ke hangat.
·
Tangan kiri terasa hangat
karena adanya penambahan kalor, dari dingin ke hangat.
1.3 Membedakan Suhu 3 Cairan (Air, Alkohol,
Aseton)
·
Air lebih dingin daripada
hanya ditiup.
·
Alkohol lebih dingin dari air.
·
Aseton lebih dingin dari
alkohol.
·
Ada reseptor dingin pada
kulit, Reseptor End Krause.
·
Alkohol memiliki titik didih
yang rendah, sehingga ketika mengenai kulit, alkohol akan langsung menguap.
Selama proses penguapan, alkohol memerlukan kalor yang diambil dari tubuh, maka
kulit akan terasa lebih dingin.
g.
Kesimpulan : Pada lapisan dermis
kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris.
Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan
sebagainya. Pada percobaan ini, kulit dapat merasakan berbagai macam respon
yang terjadi.
h.
Daftar Pustaka : Priadi, Arif .(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.
Irawan, Rudi .(2012). Indera Manusia. Jakarta : Global Media.
Adil, Ellyzar I.M. (2008). Sistem Indera Peraba. Jakarta :
Yudistira
2.
Percobaan : Indera Peraba
Nama
Percobaan : Daya Membedakan Sifat Benda
Nama
Subjek Percobaan : Individu
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi
Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Membuktikan kepekaan
syaraf peraba terhadap kehalusan benda sampai kekerasan benda, serta bentuk –
bentuk benda (stereognostik).
b.
Dasar
Teori : Kepekaan kulit yang
berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran saraf yang
mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil.
Kita dapat membedakan benda – benda
tanpa melihat bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi.
Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
Pada tempat di mana tidak ada rambut,
tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak
corpuscullum tactus. Diduga bahwa miniscus tactus juga merupakan reseptor
taktil.
Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi
perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar
dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior, sedangkan implus taktil
halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.
c.
Alat
yang Digunakan : Berbagai macam bentuk
balok (kubus, silinder, lingkaran, segitiga, kerucut) beragai macam buah dan
berbagai macam bentuk huruf.
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Praktikan
diminta untuk menutup mata. Disisi lain asisten laboratorium memberikan satu
per satu benda dari berbagai macam benda dan meminta praktikan meraba – raba
dan menyebutkan nama benda tersebut.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1 Paprika – Pepaya – N – F – B
f.
Hasil
Sebenarnya : Tidak ada hasil
sebenarnya
g.
Kesimpulan : Kita
dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya. Disini yang berperan
adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan
reseptor tekanan yang digeserkan. Ketika mata ditutup, kita mencoba untuk
berkonsentrasi penuh untuk menjawab benda yang kita rasakan oleh tangan.
h.
Daftar Pustaka : Kimball,
John W .(1992). Biologi. Jakarta :
Erlangga.
Puspitawati, Ira .(1998). Psikologi Faal. Depok : Universitas
Gunadarma.
Ridwan, Noer. (2003). Sistem Indera Manusia. Jakarta : Pustaka
alam
3.
Percobaan : Indera Peraba
Nama
Percobaan : Lokalisasi Taktil
Nama
Subjek Percobaan : Individu
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi
Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Memahami serta mengetahui
kepekaan syaraf peraba dengan melokalisir tempat yang ditusukkan ke berbagai
tempat, serta mengetahui kepekaan TPL (Two Point Localizator).
b.
Dasar
Teori : Proses yang terjadi pada system saraf dimulai
dengan adanya stimulus yang diterima oleh organ-organ sensorik yang disebut
dengan reseptor sensorik. Reseptor sensorik terdapat di seluruh tubuh manusia,
salah satunya yaitu ada reseptor taktil yang berada di permukaan tubuh.
Sebenarnya reseptor taktil merupakan mekanoreseptor yang dipakai untuk
mengenali rangsangan secara mekanis. Setidaknya ada berbagai macam bentuk
reseptor taktil yang terkenal, seperti: Pertama, ujung saraf bebas yang dapat
mendeteksi rabaan dan tekanan. Kedua, badan Meissner yang peka terhadap
rangsangan berupa sentuhan. Ketiga, diskusi merkel yang fungsinya sama dengan
reseptor taktil badan Meissner. Keempat, organ ujung rambut (hair end-organ).
Kelima, ujung organ Ruffini, yang peka terhadap reseptor panas. Serta terakhir
yaitu badan Vater-Paccini yang peka terhadap rangsangan berupa tekanan.
Rangsangan yang telah diterima oleh
reseptor taktil akan diteruskan oleh saraf sensorik menuju cornu posterior
substansi grisea medulla spinalis dan terjadi sinaps dengan neuron kedua.
Neuron kedua akan meneruskan impuls menuju columna anterior substansi alba yang
akan melewati traktus anterior spinothalamic menuju talamus. Terjadi sinaps
dengan neuron ketiga dan akan diteruskan menuju korteks serebri bagian
postsentralis gyrus. Impuls sensorik akan segera dikenali oleh postsentralis
gyrus karena merupakan pusat dari area somatosensorik.
c.
Alat
yang Digunakan : Pulpen, spidol dan
penggaris panjang atau pendek
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Praktikan
diminta untuk menutup mata. Kemudian asisten laboratorium membuat titik pada
punggung tangan praktikan dengan spidol, lalu praktikan diminta untuk
mencocokan titik yang telah dibuat sebelumnya oleh asisten laboratorium dengan
pulpen.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1 0,3 cm
1.2 0 cm
1.3 1,5 cm
1.4 0,2 cm
1.5 1,5 cm
f.
Hasil
Sebenarnya : 1.1 Bila jarak kurang dari 5 cm, maka syaraf
peraba baik.
1.2 Bila jarak lebih dari 5 cm, maka syaraf
peraba kurang baik.
1.3 TPL (Two Point Localization), lebih peka pada
bagian yang menonjol (hidung, mata, bibir, ujung jari, telinga, dll)
1.4
Jarak asisten tusuk dengan yang
praktikum rasakan tergantung waktu.
g.
Kesimpulan : Proses yang terjadi
pada system saraf dimulai dengan adanya stimulus yang diterima oleh organ-organ
sensorik yang disebut dengan reseptor sensorik. Reseptor sensorik terdapat di
seluruh tubuh manusia, salah satunya yaitu ada reseptor taktil yang berada di
permukaan tubuh. Sebenarnya reseptor taktil merupakan mekanoreseptor yang
dipakai untuk mengenali rangsangan secara mekanis. Kita mencoba fokus untuk
mengingat titik pertama yang ditekankan oleh asisten laboratorium.
h.
Daftar Pustaka : Priadi, Arif .(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.
Kimball, John W .(1992). Biologi. Jakarta : Erlangga.
Ridwan, Noer. (2003). Sistem Indera Manusia. Jakarta : Pustaka
alam
4.
Percobaan : Indera Peraba
Nama
Percobaan : Gerak Refleks
Nama
Subjek Percobaan : Individu
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi
Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Mengetahui adanya
gerakan – gerakan reflek pada otot.
b.
Dasar
Teori : Refleks adalah gerakan
yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang.
Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex arc, namun refleks-refleks
ini sangat penting artinya di dalam mendiagnosis dan melokalisasi lesi
neurologi. Gerakan umumnya terjadi secara sadar dan tidak sadar. Gerakan yang
sadar melalui jalan yang panjang. Gerakan reflek ialah hasil stimulasi sel
motorik oleh stimulus yang dibawa oleh neuron aferen dari jaringan. Gerakan
reflek juga merupakan gerakan yang terjadi secara tiba-tiba di luar kesadaran. Penyebab
timbulnya gerakan reflek:
1. Terkena benda
yang panas
2. Tersentuh benda yang
panas
3. Karena suatu
peristiwa
4. Terkena benda tajam
Gerak reflek terjadi sangat cepat.
Tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol
dari otak. Contoh: berkedip, bersin, batuk, dan lain-lain.
Implus dimulai dari reseptor penerima
rangsangan. Dilanjutkan menuju ke saraf sensori ke pusat saraf. Kemudian,
implus diterima oleh saraf penghubung tanpa diolah di dalam otak. Langsung
dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot dan
kelenjar. Jalan pintas dalam gerakan reflek ini disebut dengan lengkung reflek.
Jalur gerak reflek dibentuk oleh neuron
sensorik, interneuron, dan neuron motorik yang mengalurkan implus saraf untuk
tipe reflek tertentu. Gerak reflek yang paling sederhana hanya memerlukan dua
tipe sel, yaitu neuron sensori dan neuron motori.
Dalam melakukan gerak, tubuh banyak
melakukan koordinasi dengan organ tubuh yang lain. ini menunjukkan adanya
kerjasama antara berbagai bagian tubuh dalam menjalankan fungsinya. Kita dapat
bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap, semua indera pun
akan siap siaga. Telinga akan mendengar sesuatu sehalus apa pun, kemudian jika
tubuh menabrak sesuatu, maka akan terjadi gerakan reflek seperti berteriak atau
melompat. Begitulah contoh gerak reflek yang terjadi.
c.
Alat
yang Digunakan : Sebuah martil refleks
dengan bagian depan terbuat dari karet.
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Praktikan
diminta duduk di bangku dan melemaskan kaki. Kemudian asisten laboratorium
memukul dengkul praktikan dengan martil refleks dan lihatlah reflek yang
terjadi pada kaki kanan dan kaki kiri.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1 Kaki kanan dan kaki kiri ada refleks.
f.
Hasil
Sebenarnya : 1.1 Lutut yang dipukul dengan martil refleks
secara spontan akan bergerak sendiri (ada gerak refleks).
1.2 Namun, tidak harus gerak, (terasa seperti
kesetrum).
g.
Kesimpulan : Gerakan umumnya terjadi
secara sadar dan tidak sadar. Gerakan yang sadar melalui jalan yang panjang.
Gerakan reflek ialah hasil stimulasi sel motorik oleh stimulus yang dibawa oleh
neuron aferen dari jaringan. Ketika dengkul kita dipukul dengan martil refleks,
hal yang terjadi selanjutnya adalah dengkul kita mengeluarkan respon dengan
gerak refleks secara tiba – tiba.
h.
Daftar Pustaka : Priadi, Arif .(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.
Irawan, Rudi .(2012). Indera Manusia. Jakarta : Global Media.
Adil, Ellyzar I.M. (2008). Sistem Indera Peraba. Jakarta :
Yudistira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar