Minggu, 26 April 2015

Laporan Praktikum Faal "Indera Pendengaran"

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa        : Prayogi P.
NPM                             : 16513907
Tanggal Pemeriksaan : 14 Juni 2014
Nama Asisten  : 1. Diba Ayu Mustika S.
Paraf Asisten   :

1.      Percobaan                                    :  Indera Pendengaran
Nama Percobaan                         :  Rine
Nama Subjek Percobaan            :  Prayogi Pangestu
Tempat Percobaan                      :  Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan                :  Membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada tulang.
b.      Dasar Teori                            : Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rangsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. Manusia hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000 Hz (Hertz). Vibrasi berjalan melalui udara sekitar 1,238 kilometer (743mil) perjam. Hubungan antara dimensi fisik dari bunyi dan persepsi pendengaran yang dilakukan manusia terhadap bunyi yang keras tergantung dari amplitudonya, persepsi terhadap bunyi yang tinggi tergantung dari frekuensinya dan persepsi terhadap kualitas bunyi (timbre) berkaitan dengan kompleksitas vibrasi.
Garputala ialah sebuah instrument yang hanya mengeluarkan satu nada tunggal, terbuat dari material jenis besi. Bila garputala digetarkan maka getaran melalui udara dapat didengar dua kali lebih lama dibandingkan melalui tulang. Semakin besar garputala maka makin berat suaranya. Membrane timpani menggertarkan maleus incus dan stapes sehingga terdengar suara. Normal getaran melalui tulang dapat didengar selama 70 detik  maka getaran melalui udara dapat didengar selama 40 detik.
c.       Alat yang Digunakan            :  Garputala
d.      Jalannya Percobaan             :  1.1   Pukulkan garputala pada besi, lalu letakkan garputala diatas kepala sampai suara yang dihasilkan oleh garputala tersebut hilang, kemudian pindahkan garputala dari atas kepala ke depan lubang telinga dan rasakan suara yang dihasilkan oleh garputala tersebut.
1.2   Sama seperti langkah diatas, namun pada percobaan kedua ini, setelah garputala dipukulkan pada besi, garputala tersebut langsung diletakkan di belakang  daun telinga dan selanjutnya diletakkan didepan lubang telinga serta rasakan suara yang dihasilkan oleh garputala tersebut.
e.       Hasil Percobaan                    :  1.1   Kekuatan suara lemah
1.2   Kekuatan suara agak kuat
f.       Hasil Sebenarnya                  :  1.1   Suara nada garputala sudah tidak terdengar ketika diletakkan dipuncak kepala, masih tetap terdengar ketika garputala itu ditempatkan didepan lubang telinga.
1.2   Suaranya dipengaruhi oleh beberapa faktor, semakin besar garputala, semakin berat suaranya.
1.3   Jika garputala dan telinga disejajarkan, maka akan lebih bagus.
1.4   Pada Orang Tua, relastisitas membrane thympany kurang berfungsi dengan baik.
1.5   Membrane thympany menggetarkan maleus incus stapes sehingga terdengar suara.
g.      Kesimpulan                            :  Telinga mempunyai 3 bagian utama, yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam. Manusia hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000 Hz (Hertz). Garputala ialah sebuah instrument yang hanya mengeluarkan satu nada tunggal, terbuat dari material jenis besi. Bila garputala digetarkan maka getaran melalui udara dapat didengar dua kali lebih lama dibandingkan melalui tulang. Semakin besar garputala maka semakin besar atau berat suara yang dihasilkan. Garputala yang diletakan di atas kepala sebelumnya dan kemudian diletakkan sejajar dengan lubang telinga, memiliki hasil suara yang kecil dibandingkan dengan garputala yang diletakkan dibelakang daun telinga sebelumnya, karena memiliki suara yang lebih besar.
h.      Daftar Pustaka                      :  Syarif, Muhammad .(2009). Sistem Saraf dan Indera Manusia. Jakarta : Erlangga.
Puspitawati, Ira .(1998). Psikologi Faal. Depok : Universitas Gunadarma.
Kimball, John W .(1992). Biologi. Jakarta : Erlangga

2.      Percobaan                                    :  Indera Pendengaran
Nama Percobaan                         :  Tempat Sumber Bunyi
Nama Subjek Percobaan            :  Priyo Pambudi
Tempat Percobaan                      :  Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan                :  Menentukan sumber bunyi
b.      Dasar Teori                            : Indera pendengaran berperan penting terhadap partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara serta kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Manusia hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000 Hz (Hertz).
Bunyi yang datang dari suatu sumber yang ada didalam    bidang meridian yang melalui tubuh manusia dan terdapat dimuka, diatas ataupun dibelakangnya akan mencapai telinga dalam waktu bersamaan. Apabila sumber bunyi ada disebelah kiri, maka telinga kiri yang dahulu          mendengarnya. Oleh karena itu timbul kesan bahwa             sumber bunyi itu datang secara terus menerus pada waktu yang sama pada kedua telinga kita, kita akan kesulitan menentukan sumber bunyi.
c.       Alat yang Digunakan            :  Pipa karet
d.      Jalannya Percobaan             :  1.1   Mintalah rekan Anda untuk menggunakan pipa karet tersebut seperti menggunakan headset (kedua ujung pipa karet diletakkan dikedua dilubang telinga). Kemudian, Anda sentil pipa karet tersebut secara acak (kiri, tengah, kanan), lalu biarkan teman Anda menjawab sumber suara tersebut.
e.       Hasil Percobaan                    :  1.1   Rekan Saya berhasil menjawab semuanya dengan benar.
f.       Hasil Sebenarnya                  :  Subjek masih dapat membedakan suara pipa kiri dan kanan dianggap normal, namun suara tengah sedikit sulit.
g.      Kesimpulan                            :  Indera pendengaran berperan penting terhadap partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki pendengaran yang baik, akan bisa menentukan arah sumber bunyi. Percobaan pipa karet, merupakan salah satu percobaan dimana seseorang bisa menentukan darimana sumber bunyi berasal. Pendengaran praktikan dianggap normal jika masih dapat membedakan suara pipa karet dari kanan dan kiri, namun akan terasa sulit menebak bila suara pipa karet berasal dari tengah.
h.      Daftar Pustaka                      :  Kimball, John W .(1992). Biologi. Jakarta : Erlangga.
Priadi, Arif .(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.
Irawan, Rudi .(2012). Indera Manusia. Jakarta : Global Media.

3.      Percobaan                                    :  Indera Pendengaran
Nama Percobaan                         :  Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Nama Subjek Percobaan            :  Prayogi Pangestu
Tempat Percobaan                      :  Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan                :  Memeriksa ketajaman pendengaran
b.      Dasar Teori                            : Sistem pendengaran adalah sistem yang digunakan untuk mendengar. Hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri daritelinga, syaraf-syaraf, dan otak.. Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul dilingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran. Plot gerakan-gerakan ini molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan, persatuan waktu adalah persatuan gelombang dan gerakan semacam itu dalam lingkugan secara umum disebut gelombang suara. Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada sedangkan manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz.
Proses mendengar ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagagi gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui telinga luar yang memnyebabkan membran timpani bergetar. Getaran – getaran tersebut diteruskan menuju inkus dan stapes melalui maleus yang terikat pada membrane itu. Karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri, maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju perilimfe.
c.       Alat yang Digunakan            :  Stopwatch dan meteran
d.      Jalannya Percobaan             :  1.1   Mintalah bantuan rekan Anda untuk memegang stopwatch. Letakkan stopwatch di depan lubang telinga sebelah kanan, lalu nyalahkan stopwatch dan secara perlahan jauhkan dari lubang telinga. Bila suara yang dihasilkan stopwatch tersebut sudah tidak terdengar, ucapkan “stop” pada rekan Anda. Kemudian hitunglah jarak antara stopwatch dengan lubang telinga.
e.       Hasil Percobaan                    :  1.1   Telinga kanan = 32 cm. Telinga kiri = 32 cm
f.       Hasil Sebenarnya                  :  Sangat dipengaruhi oleh kebisingan, biasanya diatas rata-rata 50 cm, telinga kanan dapat mendengar lebih jauh daripada telinga kiri, hal ini pengaruhnya pada otak kanan dan kiri.
g.      Kesimpulan                            :  Sistem pendengaran adalah sistem yang digunakan untuk mendengar. Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul dilingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran. Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Proses mendengar ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagagi gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Semakin jauh jaraknya maka semakin bagus kualitas pendengaran dari seseorang. Kebisingan menjadi salah satu faktor pendengaran seseorang terganggu.
h.      Daftar Pustaka                      :  Evelyn, Pearce .(2000). Anatomi dan Fisiologi Untuk  Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.
Priadi, Arif .(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.
Irawan, Rudi .(2012). Indera Manusia. Jakarta : Global Media.

4.      Percobaan                                    :  Indera Pendengaran
Nama Percobaan                         :  Keseimbangan
1.1   Kedudukan Kepala dan Mata Normal
1.2   Kanalis Semisirkularis Horizontalis
1.3   Nistagmus
Nama Subjek Percobaan            :  Prayogi Pangestu
Tempat Percobaan                      :  Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan                :  Memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga dikembalikan seperti sediakala, melihat adanya nigtamus.
b.      Dasar Teori                            : 1.1   Kedudukan Kepala dan Mata Normal
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Saraf vestibulokoklear adalah saraf kranial kedelapan yang berperan dalam proses mendengar dan menjaga keseimbangan tubuh. Makna kata vestibulokolear berasal dari 2 kata yaitu vestibular (keseimbangan) dan kolear (pendengaran) Saraf ini merupakan saraf sensoris dengan nama lain saraf statoacoustic di jalarkan melalui nuclei vestibular dan fasi. Setiap kali mata berputar secara tiba-tiba sinyal yang berasal dari kanalis semisirkuralis menyebabka mata berputar dengan arah berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat adanya reflex yang kulus longitudinalis meial  menuju ke nuclei okulomotor
1.2   Kanalis Semilirkularis Horizontalis
        Di dalam saluran pendengaran terdapat sebuah saluran kecil diatas rumah siput yang disebut kanalis semisirkularis. Kanalis semisirkularis terdiri atas tiga saluran setengah lingkaran. Satu saluran berada dalam posisi horizontal yang disebut ampula, sedangkan dua bagian lainnya dalam posisi vertical, yaitu skula dan utrikula. Terdapat 3 buah kanalis yaitu superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 90 derajat satu sama lain.                                                    Didalam kanalis semisirkularis terdapat cairan dan rambut getar yang berfungsi sebagai alat pengenal posisi sehingga kita dapat menjaga keseimbangan tubuh. Selain itu, didalam saluran ini  juga terdapat suatu protein dan kalsium karbonat yang ikut menentukan posisi tubuh, yaitu otolit. Bersama dengan cairan yang berada didalam analis semisirkularis, otak dapat memahami posisi tubuh kita dan mempertahankan keseimbangan posisi tubuh.
1.3   Nistagmus
        Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba – tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga. Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Nistagmus terjadi karena adanya gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga terganggu sehingga menyebabkan pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala menjadi pusing.
c.       Alat yang Digunakan            :  Individu
d.      Jalannya Percobaan             :  1.1   Kedudukan Kepala dan Mata Normal
Mintalah bantuan dan bimbingan dari asisten laboratorium. Berdiri dan sejajarkan kedua kaki pada petak lantai, selanjutnya hentakkan kepala kearah kanan/kiri. Lalu berjalan lurus ke depan, bila sudah sampai batasnya, lihat kedua kaki, masih sejajar atau tidak dengan petak lantai.
1.2   Kanalis Semilirkularis Horizontalis
        Masih sama seperti percobaan pertama, namun pada percobaan kedua ini, sebelumnya tubuh Anda diputarkan sebanyak 5 kali ke kiri/kanan.
1.3   Nistagmus
        Masih sama dengan percobaan pertama dan kedua sebelumnya, namun pada percobaan ketiga ini, sebelumnya tubuh Anda diputarkan sebanyak 5 kali ke kanan/kiri dengan tangan kanan/kiri memegang daun telinga dan dengkul kanan/kiri dengan posisi membungkuk.
e.       Hasil Percobaan                    :  1.1   Hentakan kekiri = lurus. Hentakan kekanan = tidak sejajar dengan petak lantai dan langkah kaki cenderung kearah kanan. Pada percobaan ini, tidak terasa pusing.
1.2   Putaran kekanan = lurus. Putaran kekiri = lurus. Pada percobaan ini tidak terasa pusing.
1.3   Putaran kekanan = tidak sejajar dengan petak lantai dan langkah kaki cenderung kekanan. Putaran kekiri = tidak sejajar dengan petak lantai dan langkah kaki cenderung kekanan. Pada percobaan ini terasa sedikit pusing dan mata berkunang-kunang.
f.       Hasil Sebenarnya                  :  1.1   Dalam sikap tubuh biasa, praktikan dapat
berjalan lurus atau tidak mengalami kesulitan.
1.2   Dalam sikap tubuh dengan muka dibuang ke kanan/kiri, praktikan tidak dapat berjalan lurus, biasanya jalan kekiri/kekanan.
g.      Kesimpulan                            :  1.1   Kedudukan Kepala dan Mata Normal.
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan.
1.2   Kanalis Semisirkularis Horizontalis
        Di dalam saluran pendengaran terdapat sebuah saluran kecil diatas rumah siput yang disebut kanalis semisirkularis. Kanalis Semisirkularis terdiri atas 3 saluran setengah lingkaran. Terdapat 3 buah kanalis yaitu superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 90 derajat satu sama lain.         
1.3   Nistagmus
        Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Nistagmus terjadi karena adanya gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga terganggu sehingga menyebabkan pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala menjadi pusing.

h.      Daftar Pustaka                      :  Guyton and Hall .(1997). Fisiologi kedokteran. Jakarta:     Buku Kedokteran EGC.
Kimball, John W .(1992). Biologi. Jakarta : Erlangga.
Puspitawati, Ira .(1998). Psikologi Faal. Depok : Universitas Gunadarma.


1 komentar:

Daniel Octavandine mengatakan...

Hasil dari praktikum ini menambah wawasan saya, terimakasih. Yuk kunjungi
Website kami